Apa Itu Tangga Nada? Pengertian hingga Cara Mempelajarinya

Berbicara mengenai penciptaan musik, sering kali kita menemui banyak istilah baru, seperti melodi, harmoni, dinamika, dan lain-lain. Namun, salah satu elemen musik yang tak kalah penting adalah tangga nada. Mari kita ulik bersama dari pengertian, jenis, contoh, hingga cara mempelajarinya!
Pengertian Tangga Nada
Tangga nada adalah sekelompok not yang disusun berdasarkan interval tertentu dalam satu oktaf. Interval nada adalah jarak antar nada, jarak inilah yang menjadi dasar pembuatannya. Pada dasarnya, pembuatannya berdasarkan nada-nada yang terdengar enak saat dimainkan berurutan.
Anda pasti sudah pernah mendengar tentang solmisasi, (do-re-mi-fa-sol-la-si) itu adalah salah satunya yang berisikan 7 nada. Namun, sebagai contoh untuk penjelasan selanjutnya, kita akan menggunakan nama nada (C-D-E-F-G-A-B) bukan solmisasi agar lebih akurat.
Pada penjelasan kali ini, kita akan membahas tentang 3 jenis yang paling populer, yakni diatonis, kromatis, dan pentatonis. Berikut adalah penjelasannya!
Jenis-jenis Tangga Nada
Perbedaan antar jenis berdasar pada perbedaan interval yang menjadi rumusnya. Jadi, sebagian dari memahami setiap jenisnya adalah dengan menghafal intervalnya juga. Berikut penjelasannya:
1. Tangga Nada Diatonis
Apabila Anda setidaknya mempelajari musik, rangkaian nada diatonis pasti sudah sering Anda temui. Contohnya, susunan notasi C-D-E-F-G-A-B-C juga termasuk. Tepatnya, nada-nada tersebut adalah anggota dari C mayor.
Dapat diidentifikasi dengan adanya 7 nada di dalamnya yang nada pertamanya berulang di akhir untuk menandakan oktaf baru yang lebih tinggi. Perhatikan bahwa terdapat kata “Mayor” setelah C karena terdapat juga tangga nada C minor yang not pertamanya juga C, namun memiliki susunan yang berbeda.
Sebagian besar musik belakangan ini dapat Anda mainkan dengan memahami dua rangkaian nada ini saja. Namun, untuk genre musik yang lebih kompleks seperti jazz atau musik tradisional, besar kemungkinan akan memadukan tangga nada lain. Sebelum itu, mari kita pahami perbedaan mayor dan minor.
a. Tangga Nada Mayor
Sudah kita ketahui bersama bahwa perbedaan antar tangga nada terdapat pada rumus intervalnya. Diatonis Mayor memiliki rumus interval 1-1-½-1-1-1-½. Apabila Anda melihat tuts piano, nada C ke D melewati 1 tuts hitam, maka keduanya berjarak 1. Apabila 2 tuts saling berdempetan seperti E dan F, maka jaraknya ½.
Rumus ini berlaku pada nada lain juga, misalnya jika bergeser ke D mayor. Maka, susunan tangga nadanya adalah D-E-F#-G-A-B-C#-D. Tangga nada ini adalah yang paling sering digunakan dalam pembuatan musik.
Nuansa yang tumbuh ketika membunyikan nada-nada mayor adalah ceria dan cemerlang, cocok untuk menjadi dasar lagu-lagu pop hingga lagu anak.
Contoh lagu yang tangga nadanya mayor antara lain “Balonku”, “Gebyar-Gebyar”, dan “Berkibarlah Benderaku”. Adapun lagu pop seperti ”Kupu-Kupu”, “Bunga Hati”, dan “Boleh Juga”.
b. Tangga Nada Minor
Terdapat hubungan dekat antara mayor dan minor, namun keduanya menimbulkan nuansa yang sama sekali berbeda. Umumnya, bunyi yang dihasilkan tangga nada minor akan terasa menyedihkan, pilu atau suram.
Salah satu hubungan dari minor dan mayor adalah dari perumusan intervalnya. Saat melihat tuts piano, daripada memulai dari nada C mulailah dari nada A. Jadi, rumus interval minor adalah 1-½-1-1-½-1-1, nadanya A-B-C-D-E-F-G-A. Bila diterapkan pada C minor menjadi C-D-Eb-F-G-Ab-Bb-C.
Adapun contoh lagu-lagu yang menggunakan rangkaian nada minor adalah “Ambilkan Bulan”, “Bagimu Negeri”, “Syukur, “I See Fire” milik Ed Sheeran, “Take Five”, dan “Beat It” milik Michael Jackson.
2. Tangga Nada Pentatonis
Sesuai dengan namanya, tangga nada pentatonis memiliki 5 not dalam satu oktaf. Dalam penggunaannya untuk kebutuhan melodis, memadukan diatonis dan pentatonis akan memunculkan rasa yang lebih kaya. Maka dari itu, rangkaian nada pentatonis sangat sering digunakan pada bagian solo suatu lagu.
Menurut Gramedia, pentatonis sudah ada sejak era awal perkembangan musik. Bahkan di Indonesia, terdapat dua jenis pentatonis yang mendominasi musik tradisional, yakni pelog dan slendro.
Secara praktis, rumus interval untuk pelog dan slendro lebih mudah diingat menggunakan sistem solmisasi. Pasalnya, pada alat musik tradisional yang menggunakan pelog atau slendro, hanya terdapat satu nada dasar. Namun, jika menggunakan alat musik lain yang lebih modern, bisa saja berganti nada dasar.
a. Tangga Nada Pelog
Rumus interval untuk pelog dalam bentuk solmisasi adalah do-mi-fa-sol-si, untuk interval nadanya adalah 2-½-1-2 lalu kembali ke nada pertama di oktaf yang lebih tinggi. Pada alat musik gamelan seperti saron, demung, slenthem, dan gender hanya terdapat satu atau satu setengah oktaf. Jadi memudahkan loncatan interval.
Adapun contoh lagu yang menggunakan pelog antara lain: “Gundul-Gundul Pacul”, “Macepet-cepetan”, “Pitik Tukung”, dan “Karatagan Pahlawan”.
b. Tangga Nada Slendro
Rumus interval slendro dalam bentuk solmisasi adalah do-re-mi-sol-la, untuk interval nadanya adalah 1-1-1½-1 lalu kembali ke nada awal di oktaf yang lebih tinggi. Baik pelog maupun slendro, keduanya memiliki karakter suara yang sangat tradisional apalagi juga bunyinya menggunakan alat musik gamelan.
Pada alat musik gamelan, setiap bilah pukul sudah diurutkan menggunakan susunan nada tersebut (baik pelog ataupun slendro). Urutan nada ini juga bisa diterapkan di alat musik lain yang dikuasai. Lagu dengan tangga nada slendro antara lain “Lir Ilir”, “Cublak-cublak Suweng”, “Keraban Sape”, dan “Cing Cangkeling”.
3. Tangga Nada Kromatis
Saat ini, Anda sudah mengenal 7 nada pilihan untuk diatonis dan 5 nada untuk pentatonis. Sebenarnya, terdapat satu yang mengikutsertakan seluruh notasi dalam satu oktaf, yakni kromatis. Tangga nada kromatis memiliki 12 not di dalamnya dengan jarak interval setiap nadanya ½.
Penggunaan nada yang saling berdempetan dapat menimbulkan kesan menegang sebelum akhirnya mencapai akor selanjutnya. Pemain jazz, pop, hingga rock seringkali menggunakan rangkaian nada ini dalam solonya. Bahkan, dulu pada era klasik dan renaisans, para komposer menggunakan cara ini untuk unjuk kebolehan.
Adapun contoh lagu yang menggunakan kromatis adalah lagu “Bungong Jeumpa” dan “Indonesia Pusaka”. Permainan kromatis umumnya sangat cepat, lincah, dan dalam waktu yang singkat. Para musisi menggunakan metode ini untuk memperlihatkan akurasi dan kemahirannya dalam memainkan alat musik.
Cara Mempelajari Tangga Nada
Setelah mengetahui prinsip interval dan contoh lagunya, saatnya Anda menerapkannya dalam permainan Anda. Saat mempelajari dalam latihan, perlu adanya pemahaman teori dan sebagian dari muscle memory. Maka dari itu, jam terbang juga sangat diperlukan.
Selanjutnya, pilih alat musik. Setelah mempelajari teori seperti urutan nada di berbagai nada dasar, sebaiknya Anda mulai memainkan nada-nada tersebut pada alat musik. Latihlah secara teratur, dengan menambahkan hasil latihan tersebut pada lagu yang Anda gemari.
Kuasai Tangga Nada untuk Naikkan Level Anda!
Dengan memahami tangga nada, Anda sudah bisa mulai menciptakan lagu sendiri. Berlatihlah sekeras mungkin agar Anda paham tanpa harus melihat catatan. Ini akan membantu Anda dalam berkarir. Apalagi jika menggunakan teknologi Suno.ai yang telah diuji oleh composer dunia sebagai tools untuk menciptakan lagu.
Jangan takut kehabisan ide saat membuat musik karena ada IDCopy yang jual akun premium terbaik dan terpercaya. IDCopy juga menyediakan Suno.ai Premium yang bisa Anda beli dengan harga terjangkau. Penasaran? Segera ciptakan musik impian Anda sekarang juga!